Taman Sari Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata di Jogja yang harus aku kunjungi kali ini. Jadi setelah punya keinginan ke Jogja, aku jadi lebih sering googling mengenai tempat-tempat wisata di Jogja. Jangan sampai ada yg ketinggalan pikirku, karena ongkos ke Jogja lumayan mahal. :p
Berbekal info dari Google Maps, bahwa untuk menuju Taman Sari bisa berjalan kaki selama 10 menit dari penginapan Pondok 71. Nurut lah sama penunjuk arah pada peta. Setelah berjalan cukup lama di bawah panasnya cuaca, masuk ke gang-gang kecil, yang kami temui malah gang buntu :D
Akhirnya kami balik arah dan cari jalan lain. Beruntunglah ada ibu-ibu yg bisa kita tanyai. Kemudian kami diberi petunjuk jalan yang harus kami lewati. Kami ikuti petunjuk ibu-ibu tersebut. Seperti mendapat titik terang ketika melihat ada bangunan tembok berwarna krem. Yaa, ciri khas bangunan Taman Sari memang berwarna krem. Eh tapi ternyata bangunan kosong, gak ada orang apalagi penjaga loket. Kita salah lagi sepertinya. :D
Kemudian cari jalan lain lagi. Masih lewat gang-gang kecil. Ada di salah satu rumah banyak motor parkir. Logikanya sih kalau motor bisa masuk otomatis ada jalan besar di luar sana. Aku dan suami jalan terus dengan menebak-nebak jalan yang sekiranya bisa dilewati motor, akhirnya gak pake lama begitu keluar dari gang, kami sudah berada tepat di dekat pintu masuk Taman Sari Yogyakarta.
Setelah membayar tiket masuk yang hanya Rp 5.000/orang, mulailah kami menjelajah Taman Sari Yogyakarta ini. Taman Sari dulunya adalah taman atau kebun instana Keraton. Begitu masuk, yang kami temui pertama kali adalah dua buah kolam. Konon di sinilah tempat permaisuri, para istri serta putri-putri raja mandi. Di ujung utara ada sebuah bangunan yang dulu digunakan sebagai tempat istirahat dan berganti pakaian para istri dan puteri raja.
Di sisi selatan dua kolam tersebut ada sebuah bangunan seperti menara, tempat di mana Sultan mengamati para istri dan puterinya yang sedang mandi. Yang paling mengesankan akan dipanggil untuk menemani Sultan. Kemudian di sisi selatan menara juga ada sebuah kolam yang khusus diperuntukkan bagi Sultan dan permaisurinya
Setelah membayar tiket masuk yang hanya Rp 5.000/orang, mulailah kami menjelajah Taman Sari Yogyakarta ini. Taman Sari dulunya adalah taman atau kebun instana Keraton. Begitu masuk, yang kami temui pertama kali adalah dua buah kolam. Konon di sinilah tempat permaisuri, para istri serta putri-putri raja mandi. Di ujung utara ada sebuah bangunan yang dulu digunakan sebagai tempat istirahat dan berganti pakaian para istri dan puteri raja.
Di sisi selatan dua kolam tersebut ada sebuah bangunan seperti menara, tempat di mana Sultan mengamati para istri dan puterinya yang sedang mandi. Yang paling mengesankan akan dipanggil untuk menemani Sultan. Kemudian di sisi selatan menara juga ada sebuah kolam yang khusus diperuntukkan bagi Sultan dan permaisurinya
A photo posted by Clara Cindytania (@claracindy1) on
Setelah itu kami berjalan kembali menuju sisi barat dari kolam-kolam tersebut. Tidak banyak yang bisa kami temukan. Hanya halaman kosong yang di sekelilingnya sudah pemukiman warga. Di ujung barat ada sebuah bangunan semacam gerbang dengan ruangan kecil di dalamnya. Pintu baratnya sudah tidak bisa dilalui karena sudah tertutup oleh pemukiman padat.
Kemudian kami diarahkan oleh penjaga di pintu barat bahwa ada masjid bawah tanah yang bisa kami kunjungi. Kami coba mengikuti petunjuk dari Bapak tersebut, menelusuri jalan kecil di pemukiman penduduk, tapi kami tidak bisa menemukan letak masjidnya. Hahaha. Padahal sudah jalan lumayan jauh. Saran sih kalau mau benar-benar menikmati semua area Taman Sari Yogyakarta ini baiknya menggunakan guide.
Tidak menemukan masjid bawah tanah, tapi yang kami temukan adalah sebuah bangunan-bangunan tua yang entah apa namanya dan juga sebuah lorong. Ternyata lorong ini menuju ke pintu timur, tempat kami membeli tiket masuk tadi. Sampai sini selesailah sudah perjalanan kami menelusuri Taman Sari Yogyakarta.