Yes, I'm Bride to be

December 05, 2014

Syukur Alhamdulillah, akhirnya tanggal pernikahan aku sama mas sudah ditentukan. Mengikat hubungan sejak Februari 2008, di Juli 2008 pertama kalinya si mas datang ke rumah dan bertemu orang tuaku, dan kemudian bersama menjalani hari-hari sampai saat ini. Dengan sabar dia menungguku hingga lulus kuliah, sampai sudah sama-sama bekerja.

20 April 2014 dia membawa orang tuanya datang ke rumahku. Satu bulan setelahnya gantian aku membawa keluargaku untuk bertemu keluarganya. Kalau dalam adat Jawa, prosesi seperti ini namanya 'tembungan'. Untuk urusan tanggal diserahkan sepenuhnya kepada orang tuaku. Entah karena orang tuaku belum ada waktu atau karena mungkin belum tega melepas anaknya, sampai berbulan-bulan belum juga menetapkan tanggal. Bahkan sampai Almarhumah Ibu Mertua meninggal karena sakit keras. :(

Kalau ada keluarga yang meninggal, apalagi orang tua, katanya gak boleh menggelar hajatan dulu sampai 1 tahun meninggalnya. Ini mitosnya orang Jawa Kuno bikin galau. Awalnya orang tua mengikuti mitos ini. Tapi setelah bertanya kepada seorang Ustadz, sekalian melakukan perhitungan Jawa untuk menentukan tanggal, akhirnya sudah ketemu tanggalnya.

Tapi lagi-lagi dibuat galau dengan ketemunya tanggal untuk kami menikah. Karena ada 3 pilihan. Ada bulan April 2015, Oktober 2015, dan satu bulan di tahun 2016. Kalau aku sama mas pinginnya di Februari 2015. Tepat di anniversary ke 7. Yang juga pas jatuh di hari Minggu. Tanggalnya pun cantik. Tapi sayangnya harus ngikutin tanggal yang didapat dari perhitungan tadi. Yasudah, kami ngikut saja.

Opsi di tahun 2016 jelas gak aku ambil, karena kelamaan. Ntar stressnya juga kelamaan. :D Ibukku maunya April 2015, aku juga setuju, tapi Bapakku yang keberatan karena menurut beliau terlalu singkat waktunya untuk persiapan. Setelah ngobrol panjang lebar, duduk bersama orang tuaku, calon mertua dan juga calon suami, akhirnya sepakat menentukan kami menikah di Oktober 2015. Fiuuh, dan akhirnya proses panjang yang kami lalui akan naik level ke babak baru. Walaupun masih lama juga sih.

Yaa seneng, yaa stress. Jujur nih, memang cukup stress menanti hari H. Walaupun bisa dibilang masih lama, tetep aja bikin stress. Apanya yang bikin stress? Yang pasti yaa untuk persiapannya. Kalau maunya aku sama mas sendiri sih gak usah terlalu ribet. Yang penting sah secara agama dan hukum. Enough. Tapi maunya orang tua gak begitu.

Yaa alasannya bisa diterima sih. Karena kita tinggal di lingkungan padat penduduk, yang namanya tetangga, walaupun gak ada undangan dan tenda biru, pasti tetep dateng kalau tau ada tetangganya yang menikahkan anaknya. Ini sudah terbukti pas tanteku nikah dulu. Justru makin 'keteteran' karena sebelumnya kurang persiapan. Apalagi kalau mengingat orang tuaku ini adalah ketua RT, masa' iya 'mantu' anak pertama bisa diem-dieman. Entahlah.

Sepertinya akan banyak keribetan yang terjadi. Berbekal browsing dan baca-baca tentang persiapan pernikahan, semoga stressnya gak berkepanjangan yaa. Yang mau berbagi cerita, tips seputar persiapan pernikahan, boleh yaa share di sini. Bride to be mau belajar :)

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Member of

Member of
Kumpulan Emak Blogger

Flickr Images

Subscribe